Aula K FKIP Unila (25/4), HMJ Pendidikan Bahasa dan Seni bersama Program Studi Seni Tari kembali mengadakan pagelaran seni tari ayng sudah sempat dilaksanakan satahun yang lalu. Dengan konsep yang berbeda, acara yang dibuka langsung oleh Pembantu Dekan I, Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. hari itu dihadiri oleh cukup banyak penonton.
Tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa, tetapi acara ini dihadiri oleh guru-guru seni budaya dari sekolah-sekolah yang ada di Bandar lampung. Acara ini diawali Talkshow Kebudayaan yang diisi oleh Prof.Dr.Sudjarwo, M.S. Sekitar pukul 11.00 WIB barulah dimulai pagelaran seni itu.
Mengapa disebut konsep berbeda dengan tahun lalu? Konsep tahun lalu yang hanya menampilkan tarian-tarian dari mahasiswa program studi seni tari kini panitia berimprovisasi untuk melebarkan cakupannya. Penampilan tidak hanya dari mahasiswa seni tari melainkan sesuai konsep, yaitu perwakilan dari setiap program studi di FKIP Unila. Walau tidak semua program studi mengirimkan wakilnya, tetapi perwakilan dari program studi bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Penjaskesrek, Serta UKMF KSS cukup menambah warna pada pagelaran kali ini.
Tepat pukul 14.00 WIB, acara ini diakhiri dengan tarian penutup, yaitu tari salsa.
TETAP SEMANGAT, TEMAN-TEMAN!!!
JANGAN CEPAT MERASA PUAS DENGAN CAPAIAN KITA KALI INI.
Ttd.
Ketum HMJPBS 2010/2011
Read More..
Selamat Datang ! Suatu kehormatan bagi Tips & Trik blog atas kunjungan ini. Tips & Trik Blog sangat berharap kunjungan berikutnya
Selasa, 26 April 2011
Jumat, 01 April 2011
Makna Sebuah Titik
Sebuah dan tentang titik. Ya, kalimat pertama tulisan ini pada akhirnya diakhiri dengan titik dan seterusnya hingga sampailah ia pada kalimat terakhir. Sebuah titik kadang merangkai sebuah pengertian. Kadang pula merangkai sebuah kesadaran, bahwa ia harus berhenti; pada sesuatu, untuk sesuatu, atau bahkan hanya untuk sesuatu saat. Ia bukan sekedar hasil dari sentuhan tinta dengan kertasnya, tapi karena ia ada, dan sudah seharusnya ada, kita bisa mengambil nafas untuk melanjutkan mengeja, membaca dan meresapi hingga seterusnya dan berjumpa lagi dengan titik. Kadang kali ia dibuat begitu banyak dan berjajar. Mungkin isyarat untuk sejenak jeda lebih lama, bahwa ada seterusnya yang, tidak bisa di tuliskan mungkin, hingga perlu berjajar dan beramai-ramai untuk benar-benar mengetahui ada makna apa dibalik hidupnya kata-kata sebelumnya.
Titik, dan dari sanalah konon semuanya bermula. Ia berpegangan rapat-rapat, hingga bisa dibentuk huruf, kata dan kata-kata. Kata dan kata-kata berhimpun dan jadilah sebuah kalimat. Dari sana muncul makna-makna, kadang sederhana, tapi kadang mendalam hingga berasa begitu nikmat meresapinya. Dan pada akhirnya kalimatpun harus juga diakhiri dengan titik.
Titik bukan koma, yang merupakan isyarat untuk berhenti sejenak, dan titik tidak bisa menjadi koma. Begitu pula sebaliknya, koma tidak bisa menjadi titik karena itu bisa mengacaukan. Mengacaukan intonasi, mengacaukan susunan, dan yang lebih parah mengacaukan makna.
Sebuah titik tidak selamanya identik dengan berhenti. Justru dari sanalah kadang sebuah perjalanan bermula; mengakhiri sebuah makna, untuk kemudian melanjutkan dengan makna yang lebih baru, lebih dalam semoga, dan jangan sampai ia hanya jadi penyimbolan untuk berakhirnya sesuatu untuk sekedar sesuatu. Kalau hanya ini yang ada, bisa-bisa prosa yang penuh dengan titik dan titik-titik ini menjadi hambar dan tiada bernilai.
Dalam sebuah prosa kehidupan yang dipenuhi dengan titik, dengan inilah prosa itu bisa terangkai dan pada akhirnya bisa dialurkan. Titik menyambung untuk kemudian menyatukan, dan bahwa saat sesuatu harus terhenti, seringkali kemudian ia tersambung lagi, yang karenanya ia ada, alur itu menjadi indah. Kadang tak terduga, tidak direncanakan, muncul tiba-tiba hingga menjadi indah pada waktunya. Disinilah, kata orang, titik (kalau tahu ada titik tentunya) merubah yang tak menyenangkan menjadi menyenangkan; mengubah yang tak indah menjadi indah; dan bisa menjadikan yang hitam jadi putih sekalipun.
Titik bukanlah bintang-bintang yang berserak dilangit, yang meskipun berwujud titik dengan mata kita melihat; bercahaya dan beraneka warna, ia hanya bisa dinikmai keindahannya. Tak bisa kita mengatur warna bintang, karena ia ada memang begitulah adanya. Tapi dengan titik, kita bisa mewarnanya sesuka hati kita, entah hijau, putih, merah, bahkan hitam, asal ada pena tentunya.
Titik tetap saja titik. Kecil, dan seringkali tidak dianggap ada saat terlalu asik menikmati alur. Diumpat saat ia dianggap mengakhiri sebuah akhir sedih. Dihina saat dianggap hanya mampu mengadili tapi tak mampu member solusi. Tapi kadang ia dipuja, karena mambuat sempurna sebuah akhir bahagia. Sederhana, dalam dan memberi makna, hingga pada akhirnya, seperti yang telah dijanjikan diawal, tulisan kecil ini pun harus diakhiri dengan titik Read More..
Jumat, 21 Januari 2011
Berawal dari Diri Kita Sendiri
Ketika semua berlalu, mungkin kita akan melupakan yang telah kita lewati. Tetapi, apakah teman-teman akan melupakan charge kebersamaan? Ingat kawan! Tak akan mudah menuju sukses jika kita berada di jalan yang salah. Teringat kata-kata mutiara “kesuksesan itu adalah proses, bukan tujuan akhir.” Ya, jika kita menyadari hakikat kita adalah agent of change, kita adalah harapan bangsa yang “tenggelam” sekarang.
Kita memutuskan untuk berada dalam organisasi “HMJPBS”. Itu berarti kita siap berkorban. Waktu, tenaga, materi, dan doa. Sering saya katakan pada teman-teman bahwa kita sangat membutuhkan yang namanya komitmen dan kekonsistenan dalam organisasi ini. Komitmen yang kuat untuk HMJPBS yang lebih baik dan konsisten dengan komitmen kita.
Tak mudah memang untuk berubah menjadi lebih baik. Memang sulit. Tapi kita bisa. “....Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum melainkan dia mau mengubah nasibnya.” Berawal dari kemauan diri sendirilah baru kita bisa mengubah yang lebih besar. Bergeraklah dari hal yang kecil. Berproses lalu menuju perubahan besar. Perubahan jangka panjang dengan rencana luar biasa mudah-mudahan akan mendapat hasil maksimal.
Kawan, masih banyak waktu kita di organisasi ini. Bangkitlah! Bangun ! untuk HMJPBS yang lebih baik serta PRODUKTIF, BERKARAKTER, DAN SOLID.
MAJU MAHASISWA !
Mohammad Ridwan
Ketua Umum HMJPBS 2010/2011 Read More..
Langganan:
Postingan (Atom)